Pertama kali Jung Jinsoul menginjakkan kaki di area perpustakaan, rasanya seperti bangkit dari rasa malas. Gadis bersurai hitam sepundak itu benci menjadi kutu buku, tetapi ia terpaksa demikian agar bisa segera menuntaskan tugas kuliah. Suasana sunyi mengisi keadaan di perpustakaan, sedangkan Jinsoul merasa bosan karena terlalu sunyi. Kesunyian suasana perpustakaan justru memancing rasa kantuk, bukannya menjadi tenang.
Itulah sebabnya Jinsoul memilih duduk di dalam study cube, meskipun rasanya cukup menyiksa.
Menaruh tas totebag transparan dan mengeluarkan buku catatan, itu merupakan hal pertama Jinsoul kala ia mengambil tempat duduk yang nyaman. Berada di dalam study cube yang terasa seperti mendekam di penjara, kemudian bisa membaca buku dengan tenang. Tenteram dan damai serta merasa aman karena ia bisa mengunci pintu study cube itu. Tempat itulah Jinsoul bisa bebas berbicara tanpa protes.
Akan tetapi, gadis berperawakan tinggi itu merasa ada yang kurang di atas meja belajarnya. Jika hanya buku catatan, maka harus ada buku bacaan yang mendukung. Jinsoul memang benci banyak membaca buku, apalagi menjadi seorang kutu buku. Karena itu bukannya menjadi jenius, melainkan kepalanya terasa berat. Pun, ia membaca satu buku karena harus menuntaskan tugas, bukan menjadi kutu buku.
Maka, mau tak mau Jinsoul meninggalkan study cube sebentar untuk meminjam salah satu buku, yang direkomendasikan dosen saat kegiatan kuliah berlangsung. Jinsoul kurang yakin dengan jumlah buku yang tersedia. Sebuah buku materi yang dianggap ramai dipinjam pengunjung perpustakaan. Bahkan meminjam buku di perpustakaan fakultas pun belum tentu ia bisa meminjamnya jika tersedia, apalagi di perpustakaan kota yang jumlah bukunya sangat terbatas.
Belum tentu Jung Jinsoul bisa meminjam buku rekomendasi dosennya, kecuali ia harus mengalah pada seorang pemuda yang secara kebetulan hendak meminjam buku yang sama.
Dia, Kim Younghoon, juga meminjam buku dengan judul yang sama seperti rekomendasikan dosen. Hanya satu buku yang masih tersimpan rapi di rak jati menjulang ke atas. Namun, kebetulan jemari Jinsoul bertemu dengan jemari Younghoon. Maka keduanya harus terpaksa ada yang mengalah.
"Aku duluan yang meminjam." Jinsoul menepis jemari Younghoon. "Aku membutuhkannya untuk segera menuntaskan tugas agar aku bisa tidur."
"Aku sudah meminta kepada penjaga perpustakaan untuk menjaga buku ini agar tidak ada yang menyentuhnya," balas Younghoon enggan mengalah.
"Itu egois!" Jinsoul hampir mengagetkan para pengunjung dengan intonasi tingginya. "Bukan hanya egois, melainkan ini perampokan," bisiknya mendesis.
"Perampokan?" Younghoon tercengang, merasa tidak percaya dirinya dianggap demikian. "Kalau kamu datang lebih cepat dariku, aku tidak apa-apa dengan buku ini." Kemudian, pemuda berperawakan tinggi itu menunjuk buku bacaan yang masih tersimpan di rak buku.
"Sayangnya, kamu harus mengalah karena aku sudah berada di sini sejak subuh tadi." Terdengar tawa ejek keluar dari mulut Younghoon.
"Tidak, menyuruh orang dalam untuk menjaga buku bacaan tetap saja seperti kamu merampok. Apakah kamu tidak pernah membayangkan perasaan pengunjung lain?" Jinsoul pun melipatkan kedua tangannya. "Aku meminjam buku itu hanya untuk menuntaskan tugas kuliahku. Tidak kupinjamkan buku itu untuk dibawa ke rumahku."
"Siapa yang pertama mendapatkannya, dialah yang berhak mendapatkannya." Younghoon sedikit memajukan wajahnya ke arah Jinsoul. "Dan aku juga hanya menggunakan buku ini di sini, bukan untuk kupinjamkan dan bawa pulang ke rumah."
"Kalau begitu, biarkan aku yang meminjam buku itu sekarang."
"Tidak akan kuserahkan buku itu padaku." Younghoon dengan sigap mengambil buku yang tersisa hanya satu itu. "Kecuali jika kamu setuju untuk belajar bersamaku. Bukankah kita punya tugas kuliah yang sama?"
Jinsoul lantas mengangguk pelan, merupakan ide yang bagus. "Apakah kamu membawa ponsel ke dalam perpustakaan?"
Kemudian, gadis itu menatap Younghoon beserta senyuman liciknya yang jelas. "Kamu yang memotret beberapa halaman buku itu, sedangkan aku yang meminjam buku ini untuk dibawa pulang ke rumah."
Younghoon tersontak kaget, lantaran Jinsoul berhasil mencuri buku itu dari tangannya. Sungguh cepat gerak-geriknya dengan cara licik. Karena Jinsoul yakin, dibalik otak genius Younghoon, justru pemuda itu kurang berhati-hati.
"Responmu lambat sekali, seperti siput berjalan, padahal kamu sangat genius. Bagaimana bisa kamu tidak menyadari gelagat licikku ini?"
Tidak lama kemudian, Jinsoul meninggalkan Younghoon yang menahan rasa kesal dari lubuk hati. Ingin sekali pemuda itu berteriak, tetapi perpustakaan merupakan tempat tersunyi. Younghoon hanya bisa memijat pelipisnya, mencoba untuk tidak melontarkan berbagai umpatan karena sikap licik Jinsoul. Tidak mungkin pemuda itu harus berlari, apalagi berada di perpustakaan kota ini.
Akan tetapi, Kim Younghoon benci dirinya mudah menyerah.
Dan ia tetap harus merebut buku bacaan yang dipinjamkan Jinsoul, bagaimana pun caranya, atau Kim Younghoon tidak mendapat nilai A di semua mata kuliah.
END.